Saturday, November 1, 2014
To a man who had first met with me on 25 october '14
I know we just met and I want to let you know, that i'm going to try really hard to make something out of this. But before we go any further, I should probably warn of something, I am not like a average girl, I'm incredibly awkward and perfectly imperfect. I can shy and nervous at times but i'm really just holding a lot in cause i'm too afraid to say the wrong things and screw everything up. I'm the type who rather stay in on a friday night in comfy clothes rather than go out. I don't like most people and I certainly don't fall easily but I think I just might like you. Crazy isn't it? to fall for someone you barely know? Cliche as it sounds, I'm not perfect but who knows, I just could be fucking perfect for you.
Saturday, September 13, 2014
Jengahku Bukan Lelah
Selamat sore,
Hujan disini tak lagi ramah tuk menjamah. Ia selalu membentak bumi dengan gemuruhnya. Sejenak aku diam sekedar meresapi. Berharap hujan kan sampai ke kotamu dalam waktu dekat, meski malam semakin pekat. Aku berusaha membujuk hujan agar ia mau menitipkan rindu di sela-sela rinai, hingga hujan kan memelukmu lekat-lekat. Namun entahlah. Hanya dingin dan asap yang berjejal masuk ke dalam rongga-rongga, terkadang membuatku sesak tak karuan. Mungkinkah ini pertanda bagi semesta tuk tempikan, bahwa rindu tak kan ia sampaikan? Sungguh sial, lalu untuk apa aku di luar semalaman? Jika rindu hanya bermain di perkarangan.
Di tiap-tiap malam, kaki bersimpuh dengan tangan di muka. Sedikit bisikan doa untuk Ia sang Penguasa. Berharap kan mempertemukan kita pada sudut masa. Mungkin menikmati sore di atas gedung dengan ramai-ramai kota, hingga malam hanya memberikan lampu-lampu jalan sebagai mahkota. Atau mungkin sekedar menikmati bulir-bulir bir di tangan masing-masing, dengan senja sebagai altar semesta. Entahlah, aku tidak begitu perduli bagaimana suasana menciptakan kita. Bagiku, kitalah sang pencipta suasana. Kitalah yang memaknai makna.
Aku memaknaimu lebih dari angan yang berada di langit-langit kamar. Begitu sesak kamar ini di tiap-tiap harinya. Hanya ada angan yang berbatas wacana. Terkadang harus ku buka pintu lebar-lebar, membiarkan angin membawa serta ke langit tak terbatas untuk ia sampaikan padaNya. Mungkin Tuhan berbaik hati tuk sempurnakan angan menjadi sebuah nyata, mungkin. Aku melepaskan angan,tapi tidak dengan harapan. Harapan masih ku genggam erat-erat, menunggu uluran tangan untuk kau bekap.
Tentang rindu yang semakin pekat, tentang berita semu di linimasa, tentang kekasih yang tak jua pulang. Aku jengah. Benar-benar jengah. Jengah menjadi penguasa untuk jiwa yang tak kuasa. Mencari-cari kesibukan yang kusuka untuk menunggumu pulang; ataukah aku yang seharusnya pulang? Entahlah. Aku tak perduli jika kau atau aku yang seharusnya kembali pulang, setia kan tetap menjadi gaun terindah di sela-sela kerinduan.
Aku merindukanmu.
Hanya itu yang aku tahu.
Seperti katamu, “Perjuangkan apa yang pantas untuk kau perjuangkan”. Well, hey. Here i am. Aku sedang berjuang disini. Bukan untukmu, kau tentu tahu bukan? Surat-surat yang kukirimkan hanya memiliki satu tema, “Sebuah Kita”. Ya sebuah kita-lah yang aku perjuangkan tanpa mengenal lelah. Aku hanya jengah, bukan lelah. Untuk jengah yang tumpah ruah ditiap-tiap sekat pikiran, untuk jengah yang menjadi penjajah di tiap-tiap masalah, untuk jengah yang semakin jengah untuk sekedar jengah. Sungguh jengah. Mungkin lebih tepatnya aku hanya lelah untuk jengah. Bukan lelah untuk kita.
Jika jengah akhirnya singgah , sudahkah kubilang sayang, sebab itulah jeda tercipta. Ingatkah kau, bahwa aku mencintai kita dalam jeda? Baiklah, mungkin itu jua yang harus kutanam dalam-dalam, agar rindu tak selalu mencekikku malam-malam.
Sayang, katakan pada poros bumi, agar Ia sudi mempercepat lajunya. Hingga perjuangan kita bertemu semakin cepat pada masanya. Aku rindu kau. Berjuanglah sayang. Jaga hati yang kutitipkan baik-baik. Untuk jengah yang singgah, ia hanya membutuhkan sebuah rumah tuk pulang. Sebuah rumah yang masih kita perjuangkan sekedar tuk membangun pondasi. Sebuah rumah, sebuah kita.
Tertanda,
Wanita Sore.
(source: http://iitsibarani.wordpress.com/2013/01/30/jengahku-bukan-lelah/)
Hujan disini tak lagi ramah tuk menjamah. Ia selalu membentak bumi dengan gemuruhnya. Sejenak aku diam sekedar meresapi. Berharap hujan kan sampai ke kotamu dalam waktu dekat, meski malam semakin pekat. Aku berusaha membujuk hujan agar ia mau menitipkan rindu di sela-sela rinai, hingga hujan kan memelukmu lekat-lekat. Namun entahlah. Hanya dingin dan asap yang berjejal masuk ke dalam rongga-rongga, terkadang membuatku sesak tak karuan. Mungkinkah ini pertanda bagi semesta tuk tempikan, bahwa rindu tak kan ia sampaikan? Sungguh sial, lalu untuk apa aku di luar semalaman? Jika rindu hanya bermain di perkarangan.
Di tiap-tiap malam, kaki bersimpuh dengan tangan di muka. Sedikit bisikan doa untuk Ia sang Penguasa. Berharap kan mempertemukan kita pada sudut masa. Mungkin menikmati sore di atas gedung dengan ramai-ramai kota, hingga malam hanya memberikan lampu-lampu jalan sebagai mahkota. Atau mungkin sekedar menikmati bulir-bulir bir di tangan masing-masing, dengan senja sebagai altar semesta. Entahlah, aku tidak begitu perduli bagaimana suasana menciptakan kita. Bagiku, kitalah sang pencipta suasana. Kitalah yang memaknai makna.
Aku memaknaimu lebih dari angan yang berada di langit-langit kamar. Begitu sesak kamar ini di tiap-tiap harinya. Hanya ada angan yang berbatas wacana. Terkadang harus ku buka pintu lebar-lebar, membiarkan angin membawa serta ke langit tak terbatas untuk ia sampaikan padaNya. Mungkin Tuhan berbaik hati tuk sempurnakan angan menjadi sebuah nyata, mungkin. Aku melepaskan angan,tapi tidak dengan harapan. Harapan masih ku genggam erat-erat, menunggu uluran tangan untuk kau bekap.
Tentang rindu yang semakin pekat, tentang berita semu di linimasa, tentang kekasih yang tak jua pulang. Aku jengah. Benar-benar jengah. Jengah menjadi penguasa untuk jiwa yang tak kuasa. Mencari-cari kesibukan yang kusuka untuk menunggumu pulang; ataukah aku yang seharusnya pulang? Entahlah. Aku tak perduli jika kau atau aku yang seharusnya kembali pulang, setia kan tetap menjadi gaun terindah di sela-sela kerinduan.
Aku merindukanmu.
Hanya itu yang aku tahu.
Seperti katamu, “Perjuangkan apa yang pantas untuk kau perjuangkan”. Well, hey. Here i am. Aku sedang berjuang disini. Bukan untukmu, kau tentu tahu bukan? Surat-surat yang kukirimkan hanya memiliki satu tema, “Sebuah Kita”. Ya sebuah kita-lah yang aku perjuangkan tanpa mengenal lelah. Aku hanya jengah, bukan lelah. Untuk jengah yang tumpah ruah ditiap-tiap sekat pikiran, untuk jengah yang menjadi penjajah di tiap-tiap masalah, untuk jengah yang semakin jengah untuk sekedar jengah. Sungguh jengah. Mungkin lebih tepatnya aku hanya lelah untuk jengah. Bukan lelah untuk kita.
Jika jengah akhirnya singgah , sudahkah kubilang sayang, sebab itulah jeda tercipta. Ingatkah kau, bahwa aku mencintai kita dalam jeda? Baiklah, mungkin itu jua yang harus kutanam dalam-dalam, agar rindu tak selalu mencekikku malam-malam.
Sayang, katakan pada poros bumi, agar Ia sudi mempercepat lajunya. Hingga perjuangan kita bertemu semakin cepat pada masanya. Aku rindu kau. Berjuanglah sayang. Jaga hati yang kutitipkan baik-baik. Untuk jengah yang singgah, ia hanya membutuhkan sebuah rumah tuk pulang. Sebuah rumah yang masih kita perjuangkan sekedar tuk membangun pondasi. Sebuah rumah, sebuah kita.
Tertanda,
Wanita Sore.
(source: http://iitsibarani.wordpress.com/2013/01/30/jengahku-bukan-lelah/)
Thursday, July 10, 2014
Sadness (again)
I still feel the same tightness. I almost don't know that eventually I will be so sad, I'm trying to avoid tears as hard as I could. But, you know, I was woman the most not stronger hold grief. Sometimes I see a boy who looks like you, and my heart stops beating for a split second. Sometimes I hear laugh that sound like yours, and I can't help but shake my head and smile. If i've learned one thing after all these years, life was better with you here.
You have hurt me, you're hurt me, you will hurt me. There have been so many heartaches because of you, so many night spent crying on my cold bedroom floor because of you.
Does anyone know how it feels to love someone else as sick as what? Tired of crying all night, until the headache because of too many tears coming out. Until reddened eyes, pillow soaked with tears, I think I wanted to yell at the whole world, to ask God why all of this just happened to me? Why do I always feel this, God? I think I shouts of anger at yourself, that taste like "I never good enough". Can't breath because my nose blocked. Salt in my mouth Because of all tears. Finding ways for attention, trying so hard to get attention. But like no one cares of losing me, and nothing I do is working. Have you ever been in one of those moods where you just want to grab everything and rip it from the walls and break everything because you feel broken and you want to scream and kick and cry too much because nothing feels alright and it's all wrong and wrong, and you don't feel right and I don't know anymore. Ok goodbye 7!
You have hurt me, you're hurt me, you will hurt me. There have been so many heartaches because of you, so many night spent crying on my cold bedroom floor because of you.
Does anyone know how it feels to love someone else as sick as what? Tired of crying all night, until the headache because of too many tears coming out. Until reddened eyes, pillow soaked with tears, I think I wanted to yell at the whole world, to ask God why all of this just happened to me? Why do I always feel this, God? I think I shouts of anger at yourself, that taste like "I never good enough". Can't breath because my nose blocked. Salt in my mouth Because of all tears. Finding ways for attention, trying so hard to get attention. But like no one cares of losing me, and nothing I do is working. Have you ever been in one of those moods where you just want to grab everything and rip it from the walls and break everything because you feel broken and you want to scream and kick and cry too much because nothing feels alright and it's all wrong and wrong, and you don't feel right and I don't know anymore. Ok goodbye 7!
Wednesday, May 21, 2014
Notes III
I'd be most happy in your embrace hug. I 've been in a state of fine when your fingers are still tightly my gripping fingers. We never felt that you and I live is that we've been looking, real happiness .
It has been six weeks since the departure of you and my memory is still very sharp memory of us that once existed. I 've made you laugh in any of our jokes, in every text message, every phone line, and in any face-to- eye. At that time, I believe that it is you who will someday open my eyes about love, change the perception that love is not always injured and lies. Present you make me believe that we are heading happy, me and you 're on the way to the end of our quest. But, that I will always talk about love; it can also be wrong.
I misinterpreting everything. I think really you show your concern for me. I think all the phrases and words that are becoming an absolute grip . It turned out ? Ah already was so sick it if I remember. You 've promised, dear. When I told about him ever hurt me, you promised not to give me the same injury. If I'm allowed to bring up everything, then why do you go when I 'm in love - the love?
Six weeks after your departure. Not much changed. My sky is still the same, I still cloudy. My pain is still severe, the wound is still red. My heart was bruised, my memory is still cramps. You come and go as they pleased, so let the audience in the play. You keep changing the mask, letting you distinguish the real confusion still so gray.
No longer appropriate to expect you back, you are six weeks ago is still so sweet, now suddenly become so violent . I know you're good, innocent, and not a lot of behavior; has now changed the face. I don't understand what kind of man who once loved. More complete stupidity when I know, you are so easy to have a new one, while here I am still busy heal my wounds .
It has been six weeks since the departure of you and my memory is still very sharp memory of us that once existed. I 've made you laugh in any of our jokes, in every text message, every phone line, and in any face-to- eye. At that time, I believe that it is you who will someday open my eyes about love, change the perception that love is not always injured and lies. Present you make me believe that we are heading happy, me and you 're on the way to the end of our quest. But, that I will always talk about love; it can also be wrong.
I misinterpreting everything. I think really you show your concern for me. I think all the phrases and words that are becoming an absolute grip . It turned out ? Ah already was so sick it if I remember. You 've promised, dear. When I told about him ever hurt me, you promised not to give me the same injury. If I'm allowed to bring up everything, then why do you go when I 'm in love - the love?
Six weeks after your departure. Not much changed. My sky is still the same, I still cloudy. My pain is still severe, the wound is still red. My heart was bruised, my memory is still cramps. You come and go as they pleased, so let the audience in the play. You keep changing the mask, letting you distinguish the real confusion still so gray.
No longer appropriate to expect you back, you are six weeks ago is still so sweet, now suddenly become so violent . I know you're good, innocent, and not a lot of behavior; has now changed the face. I don't understand what kind of man who once loved. More complete stupidity when I know, you are so easy to have a new one, while here I am still busy heal my wounds .
Monday, April 21, 2014
Notes II - not an important story.
Actually this is not about your leaving, it's not that. Because, I know that all who come, definitely be going in the end, and the separation is something definite, and this time it is your turn to go, I really know it.
But what makes me such a great jolt, is the fact that the separation can really decide happiness in a person, a moment, then felt able to make me into a miserable half-dead, like my heart is not in place, and my body felt empty, lost contents.
You know, it feels like the wind suddenly changed dry, arid. I'm not going to complain, but it seems too minute you're here.
And the worst thing ever when you miss you someone to a point where you can't breathe and you can feel your heart beating through your chest and your eyes are never focused because your mind is wondering about what he's doing right now and if he already ate and if he's having fun and if he's smiling and being happy and if he's misses you too and it's so hard to forget about him because it's night time here and you're left alone with your thoughts.
And have you ever been in one of those moods where you just want to grab everything and rip it from the walls and break everything because you feel broken and you want to scream and kick and cry too much because nothing feels alright and it's all wrong and wrong, and you don't feel right and I don't know anymore. But it's the morning there and you wish, you could see him next to you smiling in bed as the sun rises to waken you both but you can't cause distance is seperating you from him and crap I miss him sooo much omg:(
And if you cry to much, at any time until your tears not mean nothing in the eyes of him. You just be quiet. Shut up until you know you have to do, you should forget all about him, and open your heart to a better man. But I think everything is difficult.
Do you know, I've been waiting too long, and then he came back to me, and back left me again. It's like a huge hole in my chest. But, my pain indicates that love was real.
You were gone, and now you were gone again.
Friday, April 18, 2014
Goodbye, twenty one.
"Well, its good to hear your voice, I hope your doing fine. And if you ever wonder, I'm lonely here tonight" that lyric makes me can't stop crying omg:(
I still feel the same tightness. I know that eventually I will be so sad, I'm trying to avoid tears as hard as I could. But, you know, I was woman the most not stronger hold grief. You know the story about that guy, right? I always told you about him. How it feel, how strong my love of getting pounce, and how his great smile can be so affirming my heart steps.
You certainly know how deep my feelings to him. I never thought of separation over the years, but it turns out that so didn't want to think about eventually forced into my brain. Me and him no longer as it used to. Greeting is no longer as warm as before, no longer as sweet as first smile, and his laugh no longer as crisp first. I don't know what kind of changes that make it so different.
Too selfish and too afraid to say. I can't blame anybody. Is not the love is never wrong? What I thought was right is not necessarily right in his eyes. What I think the right path is not necessarily the right path in his eyes. Be happy now. Too difficult for me to understand his way of thinking. Each I saw him recently, I tried to convince myself; I also had to happy to see you happy. Indeed, sincere love is seeing people happy even though he never made me only one. I can't hold you away. In fact, when you choose to spend your happiness with others, and then you let me alone.
I realized how beautiful experience this and how lucky I am to have someone that makes goodbye so difficult. Thanks God, I found a good in a goodbye.
I still feel the same tightness. I know that eventually I will be so sad, I'm trying to avoid tears as hard as I could. But, you know, I was woman the most not stronger hold grief. You know the story about that guy, right? I always told you about him. How it feel, how strong my love of getting pounce, and how his great smile can be so affirming my heart steps.
You certainly know how deep my feelings to him. I never thought of separation over the years, but it turns out that so didn't want to think about eventually forced into my brain. Me and him no longer as it used to. Greeting is no longer as warm as before, no longer as sweet as first smile, and his laugh no longer as crisp first. I don't know what kind of changes that make it so different.
I realized how beautiful experience this and how lucky I am to have someone that makes goodbye so difficult. Thanks God, I found a good in a goodbye.
Tuesday, April 15, 2014
Aku menulis ini bersama rasa sakit yang tidak benar-benar kamu pahami. Aku menatap laptopku dengan wajah masam, berujung pada perasaan yang tidak berhasil kautebak. Mengertikah kamu, perjuanganku juga butuh kepedulianmu?
Entah karena kauterlalu bodoh untuk menilai atau terlalu egois untuk memaklumi. Aku mencoba sabar, mencoba sabar menghadapimu. Aku berusaha bertahan, berusaha mempertahankan yang harusnya aku lepaskan. Aku sudah menunggu sangat lama, mengharap pengertianmu menderas ke arahku. Tapi, hal itu tak kunjung kutemui. Kamu masih begitu, dengan omonganmu, dengan tingkahmu yang tak berubah.
Apakah kesabaran dan perjuangan yang kulakukan benar-benar tak terlihat di matamu? Kaumengetahui segalanya kan? Mengapa hanya diam dan bisumu yang selalu kudapati di hari-hari kebersamaan kita?
Aku ketakutan dan kedinginan sendirian. Kamu tak pernah ada di sini saat aku butuhkan. Aku juga tak paham lagi, pantaskah kebersamaan kita terus aku perjuangkan? Pantaskah sosokmu selalu kupertahankan? Pantaskah sosok sepertimu kusebut namanya dalam doaku setiap saat? Pantaskah sosok sepertimu menerima kesabaran dan kelelahanku akan perjuanganku selama ini yang kau anggap angin lalu? Dan apakah pantas orang sepertimu diperjuangkan sedalam ini? Jika yang kudapatkan hanya pengabaian, ketidakpedulian dan kebohongan; bagian manakah yang bisa memberi kebahagiaan?
Kamu jauh di sana, tak banyak yang kaulakukan selain mengirim pesan singkat atau menyapaku disetiap hariku. Tak banyak yang bisa kita lakukan selain saling merindukan. Rasa perih itu semakin membesar, membentuk luka yang mungkin sulit sembuh. Semakin sering aku tak melihatmu, ketakutanku di sini semakin menebal.
Perlukah aku membandingkan kamu dengan pria-pria lain yang lebih pandai meluangkan waktunya untukku, daripada sedikit waktu yang kauluangkan untukku? Kamu tak pernah peduli pada sakitku, perihku, dan sedihku. Kaubiarkan aku menyelesaikan segalanya sendirian. Inikah wujud kepedulian yang selalu kauributkan denganku? Mana kepedulianmu? Mana kehadiranmu disaat aku membutuhkanmu? Kosong!
(Source : dwitasarii.blogspot.com)
Entah karena kauterlalu bodoh untuk menilai atau terlalu egois untuk memaklumi. Aku mencoba sabar, mencoba sabar menghadapimu. Aku berusaha bertahan, berusaha mempertahankan yang harusnya aku lepaskan. Aku sudah menunggu sangat lama, mengharap pengertianmu menderas ke arahku. Tapi, hal itu tak kunjung kutemui. Kamu masih begitu, dengan omonganmu, dengan tingkahmu yang tak berubah.
Apakah kesabaran dan perjuangan yang kulakukan benar-benar tak terlihat di matamu? Kaumengetahui segalanya kan? Mengapa hanya diam dan bisumu yang selalu kudapati di hari-hari kebersamaan kita?
Aku ketakutan dan kedinginan sendirian. Kamu tak pernah ada di sini saat aku butuhkan. Aku juga tak paham lagi, pantaskah kebersamaan kita terus aku perjuangkan? Pantaskah sosokmu selalu kupertahankan? Pantaskah sosok sepertimu kusebut namanya dalam doaku setiap saat? Pantaskah sosok sepertimu menerima kesabaran dan kelelahanku akan perjuanganku selama ini yang kau anggap angin lalu? Dan apakah pantas orang sepertimu diperjuangkan sedalam ini? Jika yang kudapatkan hanya pengabaian, ketidakpedulian dan kebohongan; bagian manakah yang bisa memberi kebahagiaan?
Kamu jauh di sana, tak banyak yang kaulakukan selain mengirim pesan singkat atau menyapaku disetiap hariku. Tak banyak yang bisa kita lakukan selain saling merindukan. Rasa perih itu semakin membesar, membentuk luka yang mungkin sulit sembuh. Semakin sering aku tak melihatmu, ketakutanku di sini semakin menebal.
Perlukah aku membandingkan kamu dengan pria-pria lain yang lebih pandai meluangkan waktunya untukku, daripada sedikit waktu yang kauluangkan untukku? Kamu tak pernah peduli pada sakitku, perihku, dan sedihku. Kaubiarkan aku menyelesaikan segalanya sendirian. Inikah wujud kepedulian yang selalu kauributkan denganku? Mana kepedulianmu? Mana kehadiranmu disaat aku membutuhkanmu? Kosong!
(Source : dwitasarii.blogspot.com)
Wednesday, April 9, 2014
Happy Birthday Kristen Jaymes Stewart❤️
9 April 2014 is the birthday Kristen Stewart is to 24. And this is the 24 things I love about Kristen Stewart :
1. The way she loves Krisbian from all over the world.
2. The way she teaches how to be ourselves.
3. The most beautiful smile on her lips.
4. Her acting is perfect in all the films that she did.
5. Her way to make her be herself, not to anyone else.
6. Her way to ignore the haters though a lot, and her believes that quote "haters make me famous."
7. Her way to ignore the paparazzi, for all the gossip and chatter that does not exist and is not totally true.
8. How she loves her boyfriend (Robert Pattinson).
9. All quotes from her.
10. Her hair is beautiful.
11. Her body is slim.
12. Beautiful curve of her legs. Omg, i want!
13. When her became "Bella Swan" in Twilight.
14. Her style is simple.
15. She not arrogant.
16. She is a hard worker.
17. She was always professional towards his career.
18. Sounds of her laugh.
19. Her beautiful face and body♥
20. When she wears dress with sneakers, eyeglasses and backward cap.
21. Who says that she never smile? she always smile
22. Not excessive.
23. She's wearing sneakers than high heels in red carpet.
24. Kristen Jaymes Stewart is Kristen Jaymes Stewart, forever.
Notes
Setelah pertengkaran kita semalam, rasanya aku masih belum paham; pria macam apa yang dulu bisa begitu kucintai. Aku tidak pernah melihat kamu yang seperti ini. Kamu yang tang tak peduli, kamu yang mengucapkan janji setengah hati, kamu yang selalu marah setiap kali kutanya siapa wanita-wanita itu, kamu yang tak pernah mau jelaskan dan menjawab pertanyaanku, dan kamu yang kali ini tidak lagi kukenali. Aku tidak tahu siapa pria yang kali ini membalas pesan singkatku, pria yang begitu mudah berkata putus, kemudian mengeluarkan makian, lalu menonaktifkan ponsel tanpa memberikan penjelasan apapun.
Kamu tahu, aku sudah sesabar apa. Aku rela tidak menuntutmu ini itu, dan tak bisa sering-sering memberi kabar untukku. Aku tidak memintamu selalu menghubungiku sepanjang waktu, berusaha tak memarahimu ketika kamu lelah dengan duniamu dan melarikan semua amarahmu dengan cara menyakitiku. Aku setia jadi tempat curahan hatimu, tempat kamu membentak seluruh isi dunia, tempat kamu membenci hari-hari. Aku berusaha sekuat mungkin jadi dinding kokoh yang kauludahi, kaucoret-coret, kaukotori tanpa aku memakimu balik. Apakah kautak melihat kesabaran hati seorang perempuan dari semua sikapku yang selalu menahan diri untuk tak menangis di depanmu?
Kamu tak lihat air mataku, tak lihat juga seberapa parah lukaku selama ini. Aku tak pernah berusaha berteriak seperti kamu selalu meneriakiku, tak ingin memaki dengan kasar, tak mau melukaimu seperti kamu selalu melukaiku. Sebutkan padaku, perempuan mana yang rela berdarah-darah untukmu selain ibumu dan aku? Perempuan mana yang ada bersamamu bahkan dalam sakit dan lemahmu jika bukan ibumu dan aku? Apakah perempuan lain yang selalu kaudatangi dan kaucumbu itu bisa bertahan denganmu bahkan dalam keadaan terburukmu? Apakah perempuan lain yang selalu membuatku harus bersabar lebih banyak lagi ada perempuan yang pantas kaudatangi?
Sadarlah, suatu saat nanti perempuan jalang yang kaucumbu meskipun hanya lewat kata itu akan pergi, mengisap habis seluruh kekuatan dan dayamu, pada akhirnya kamu akan terseok-seok berjalan ke arahku. Namun, masa itu belum datang. Saat ini, kamu hanya melihatku sebagai perempuan bodoh yang gampang dibodohi dan dibohongi. Perempuan egois, lebay, emosian, cemburuan, tak tahu diri yang hanya ingin dikabari sepanjang hari. Kamu melihatku hanya dari sisi yang paling kaubenci. Kaubelum paham bahwa perempuan yang takut kehilangan kamu adalah perempuan yang sangat mencintai kamu. Masa itu akan datang, saat aku tak lagi memedulikanku dan kamu bersungut-sungut memintaku pulang.
Kali ini, biarkan hatiku teriris sendiri. Biarkan aku yang terluka parah, biarkan aku yang menangis diam-diam sekarang. Tapi, lihatlah nanti. Suatu saat nanti, air mataku berubah jadi senyum tak berkesudahan. Aku sebenarnya tahu apa yang harus kulakukan, pergi meninggalkanmu, melupakanmu, dan menganggap semua tak pernah terjadi. Namun, sekarang aku masih sabar untuk menghadapimu, aku masih ingin memberimu kesempatan untuk yang ke beribu kali. Jika kesabaranku ini masih ingin kamu sia-siakan, mungkin jalan terbaik memang harus pergi. Karena kamu bukan lagi pria yang kukenal seperti dulu lagi, bukan pria manis yang kucintai karena ketulusan dan keramahannya.
Kini, kamu adalah pria kasar yang tak segan-segan mengeluarkan kata makian, hujatan, dan kata-kata lain yang menusukkan jarum-jarum kecil di hatiku. Kamu berubah jadi pria lain, pria egois yang selalu ingin dimengerti kesibukkannya, dan membiarkan aku menunggu sabar kabar darimu tanpa melawan ataupun membuka suara. Aku tak tahu mengapa perjuanganku hanya kauanggap angin lalu. Apa matamu tak terbuka untuk menyadari siapa perempuan yang selama ini jatuh bangun hanya untuk mencintaimu?
Biarlah waktu yang membuatmu sadar. Biarkan aku yang hanya kauanggap angin lalu ini pergi pelan-pelan dari hidupmu. Beri aku kesempatan untuk menghirup udara bebas dan tak lagi menangisi sikap cuekmu selama ini. Permintaanku tak banyak, aku hanya ingin kamu yang dulu kembali lagi ke masa kini. Entahlah.... rasanya aku sangat ingin kamu yang dulu. Kamu yang lugu, polos, pengertian, dan selalu takut kehilangan aku. Aku rindu kamu yang dulu.
(SOURCE : http://dwitasarii.blogspot.com/2014/01/aku-rindu-kamu-yang-dulu.html )
Kamu tahu, aku sudah sesabar apa. Aku rela tidak menuntutmu ini itu, dan tak bisa sering-sering memberi kabar untukku. Aku tidak memintamu selalu menghubungiku sepanjang waktu, berusaha tak memarahimu ketika kamu lelah dengan duniamu dan melarikan semua amarahmu dengan cara menyakitiku. Aku setia jadi tempat curahan hatimu, tempat kamu membentak seluruh isi dunia, tempat kamu membenci hari-hari. Aku berusaha sekuat mungkin jadi dinding kokoh yang kauludahi, kaucoret-coret, kaukotori tanpa aku memakimu balik. Apakah kautak melihat kesabaran hati seorang perempuan dari semua sikapku yang selalu menahan diri untuk tak menangis di depanmu?
Kamu tak lihat air mataku, tak lihat juga seberapa parah lukaku selama ini. Aku tak pernah berusaha berteriak seperti kamu selalu meneriakiku, tak ingin memaki dengan kasar, tak mau melukaimu seperti kamu selalu melukaiku. Sebutkan padaku, perempuan mana yang rela berdarah-darah untukmu selain ibumu dan aku? Perempuan mana yang ada bersamamu bahkan dalam sakit dan lemahmu jika bukan ibumu dan aku? Apakah perempuan lain yang selalu kaudatangi dan kaucumbu itu bisa bertahan denganmu bahkan dalam keadaan terburukmu? Apakah perempuan lain yang selalu membuatku harus bersabar lebih banyak lagi ada perempuan yang pantas kaudatangi?
Sadarlah, suatu saat nanti perempuan jalang yang kaucumbu meskipun hanya lewat kata itu akan pergi, mengisap habis seluruh kekuatan dan dayamu, pada akhirnya kamu akan terseok-seok berjalan ke arahku. Namun, masa itu belum datang. Saat ini, kamu hanya melihatku sebagai perempuan bodoh yang gampang dibodohi dan dibohongi. Perempuan egois, lebay, emosian, cemburuan, tak tahu diri yang hanya ingin dikabari sepanjang hari. Kamu melihatku hanya dari sisi yang paling kaubenci. Kaubelum paham bahwa perempuan yang takut kehilangan kamu adalah perempuan yang sangat mencintai kamu. Masa itu akan datang, saat aku tak lagi memedulikanku dan kamu bersungut-sungut memintaku pulang.
Kali ini, biarkan hatiku teriris sendiri. Biarkan aku yang terluka parah, biarkan aku yang menangis diam-diam sekarang. Tapi, lihatlah nanti. Suatu saat nanti, air mataku berubah jadi senyum tak berkesudahan. Aku sebenarnya tahu apa yang harus kulakukan, pergi meninggalkanmu, melupakanmu, dan menganggap semua tak pernah terjadi. Namun, sekarang aku masih sabar untuk menghadapimu, aku masih ingin memberimu kesempatan untuk yang ke beribu kali. Jika kesabaranku ini masih ingin kamu sia-siakan, mungkin jalan terbaik memang harus pergi. Karena kamu bukan lagi pria yang kukenal seperti dulu lagi, bukan pria manis yang kucintai karena ketulusan dan keramahannya.
Kini, kamu adalah pria kasar yang tak segan-segan mengeluarkan kata makian, hujatan, dan kata-kata lain yang menusukkan jarum-jarum kecil di hatiku. Kamu berubah jadi pria lain, pria egois yang selalu ingin dimengerti kesibukkannya, dan membiarkan aku menunggu sabar kabar darimu tanpa melawan ataupun membuka suara. Aku tak tahu mengapa perjuanganku hanya kauanggap angin lalu. Apa matamu tak terbuka untuk menyadari siapa perempuan yang selama ini jatuh bangun hanya untuk mencintaimu?
Biarlah waktu yang membuatmu sadar. Biarkan aku yang hanya kauanggap angin lalu ini pergi pelan-pelan dari hidupmu. Beri aku kesempatan untuk menghirup udara bebas dan tak lagi menangisi sikap cuekmu selama ini. Permintaanku tak banyak, aku hanya ingin kamu yang dulu kembali lagi ke masa kini. Entahlah.... rasanya aku sangat ingin kamu yang dulu. Kamu yang lugu, polos, pengertian, dan selalu takut kehilangan aku. Aku rindu kamu yang dulu.
(SOURCE : http://dwitasarii.blogspot.com/2014/01/aku-rindu-kamu-yang-dulu.html )
Subscribe to:
Posts (Atom)